Types of Coasts and Beaches

Featured

The damage by storms, surges, and tsunamis depends in part of the type of coast. There are many different types, and many different ways to classify coasts.

Geological Setting

The geological setting is important. The Office of Naval Research web page on Coasts divides coasts into two categories:
  1. Primary Coasts, which were created by non-marine processes. The processes include erosion, deposition, and tectonic activity. River deltas are an important example
  2. Secondary Coasts, which were formed by marine action. The processes include deposition of sand by waves and currents, and growth of reefs by corals. Barrier islands are an important example.

How would you classify the Texas coast?

Tectonic Setting
The tectonic setting influences the geology of the coast. Inman and Nordstrom (1971) classify coasts based on plate tectonics. They recognize
  1. Collisional Coasts, such as the Java Coast of GunungKidul, characterized by steep, fault-guided cliff lines fronted by narrow continental shelves, and
  2. Trailing-edge Coasts, such as the south coast of Yogyakarta (Parangtritis), characterized by flat topography, lagoons, and wide continental shelves.
Coastal Landforms
The Cilacap coast has (examples):
  1. Barrier Islands “Elongate, narrow accumulations of sediment which have formed in the shallow coastal zone and are separated from the mainland by some combination of coastal bays and marshes. They are typically several times longer than their width and are interrupted by tidal inlets.” From Barrier Island.
  2. Lagoons “A lagoon is a body of comparatively shallow salt or brackish water separated from the deeper sea by a shallow or exposed sandbank, coral reef, or similar feature.” From Lagoon.
  3. River Deltas A feature at the mouth of a river caused by deposition of sediment. In Cilacap, the dominant delta is made by the Citanduy and Serayu River.
Beaches
The beach type along the coast is also important.
A beach is a section of the seashore where unconsolidated sediment, or grains of worn-down rock, has collected. Unconsolidated sediment is a sediment in which the individual grains are clearly separated and can move freely, like grains of rice. In contrast, consolidated sediment is a sediment in which the individual grains cling together, like particles of moist flour or mud. Most beaches are composed primarily of sand (grains of quartz and other hard minerals between 0.063 mm/0.025 in. and 2 mm/0.08 in. in size), although some are composed primarily of pebbles or fragments of seashells. The unconsolidated and small sediments that make up a beach are easily moved by the action of waves and wind. Consequently, the shape of a beach is constantly changing as sand is removed from or deposited along the shoreline.
Some geologists consider a beach to be merely a shoreline feature of deposited material, but Willard Bascom (1980) has argued that a beach is the entire system of sand set in motion by waves to a depth of ten meters (30+ feet) or more off ocean coasts. Submerged, longshore bars are therefore also part of the beach.
Beaches are dynamic landforms altered by wind and waves in a continual process of creation and erosion. Seasonal cycles of sand deposition and loss dramatically affect the appearance of beaches from summer to winter. Wide and gently sloping in summer, they become steep-fronted and narrow in winter, and can vanish overnight, stripped of sand by violent storm waves. Most of the sand removed from winter beaches is deposited in offshore sandbars and is returned to the beach during the mild summer months by gentle swells that push the sand to the exposed shore. River sediments are the source of 80 to 90 per cent of beach sand; some beaches are built to great widths by sediments washed to the sea by episodic floods, gradually eroding until the next major flood replenishes the sand.
References
Inman, D.L., and Nordstrom, C.E., l97l. On the tectonic and morpho- logic classification of coasts. Journal of Geology, 79: 1–21.

Skill GIS yang dibutuhkan dunia kerja

GIS yang merupakan keahlian seorang Geographer memiliki banyak kegunaan, dalam berbagai bidang sebenarnya membutuhkan kemapuan GIS. Oleh karena itu pasti skill yang dibutuhkan juga bermacam-macam. Para mahasiswa/ peminat baru yang masuk dalam dunia GIS banyak yang bertanya-tanya kegunaan dari GIS itu apa saja? apa yang diminta oleh dunia kerja dari ahli GIS?. Pagi ini (13/02/11) saat browsing di website yang berisi informasi GIS (http://www.gisci.org/Employers/salary.aspx), saya mendapat tabel mengenai hal tersebut. Saya berpikir mungkin informasi ini dapat sedikit berguna bagi para praktisi, dan orang-orang yang berkecimpung di dunia GIS. Silahkan untuk lebih detailnya lihat tabulasi berikut:
Pada tabel di atas merupakan keahlian (Skill) yang memang harus dimiliki oleh seorang ahli GIS. Seorang Geographer seharusnya menguasai salah satu atau beberapa keahlian di atas, karena keahlian di atas merupakan tools dalam memecahkan permasalahan (kasus) dalam penelitian, ataupun dunia kerja. Tetapi selain kemampuan dasar tersebut umumbya dibutuhkan juga keahlian yang lain yang dituntut oleh pemberi kerja kepada seorang ahli GIS, keahlian tersebut antara lain:

Setelah membaca dan mengetahui daftar keahlian yang dibuthkan dalam dunia kerja di atas, pertanyaan selanjutnya “keahlian mana saja yang sudah anda kuasai?” (anda sedniri yang bisa menjawabnya). Mari dan perbaiki bagi yang belum lancar, dan lebih ditingkatkan bagi yang sudah bisa. Cara terbaik menjaga ilmu adalah mengajarkan pada yang lain, maka ilmumu akan terjaga dan bahkan bertambah.

DUKUNGAN ILMU GEOGRAFI UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI UU NOMOR 4 TAHUN 2011

Dalam mengimplementasikan ilmunya, para Geograf tidak lepas dari tiga

pendekatan, yaitu:

  1. Spatial analysis (analisis spasial); Mempelajari variasi lokasi dari suatu properti  yg tepat/spesifik atau sekumpulan properti.
  2. Ecological analysis; Membahas hubungan antara manusia dan lingkungan dan menginterpretasikan keterkaitannya dari keduanya.
  3. Regional complex analysis; Mengkombinasikan analisis spasial dan analisis ekologi.

PERLUNYA REFERENSI SPASIAL TUNGGAL SEBAGAI ACUAN SELURUH INSTANSI

Amanat UU No. 4 Tahun 2011
1. MENJAMIN KETERSEDIAAN DAN AKSES IG YANG DAPAT DIPERTANGGUNG-JAWABKAN.
2. MEWUJUDKAN KEBERGUNAAN DAN KEBERHASILGUNAAN IG MELALUI KERJASAMA, KOORDINASI, INTEGRASI, DAN SINKRONISASI
3. MENDORONG PENGGUNAAN IG DLM PEMERINTAHAN DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT.

INFRASTRUKTUR DATA GEOSPASIAL (IDS): INTEGRASI SEJUMLAH KOMPONEN YANG MEMUNGKINKAN PENGGUNA YANG BERHAK UNTUK MENCARI MENGAKSES, DAN MENGGUNAKAN INFORMASI GEOSPASIAL YANG LENGKAP, STANDAR DAN TELITI
SECARA MUDAH DAN EKONOMIS.

  • ILMU GEOGRAFI SEBAGAI RUMPUN ILMU KEBUMIAN MEMILIKI PERAN PENTING DALAM PENGELOLAAN DAN PEMANFAATN DATA GEOSPASIAL

  • TIGA PENDEKAN ANALISIS GEOGRAFI SANGAT BERMAKNA DALAM UTILISASI DATA GEOSPASIAL UNTUK BERBEGAI KEPENTINGAN.
  • LAHIRNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL MENGAMANATKAN KITA UNTUK MENJAMIN TERBANGUNNYA INFORMASI GEOSPASIAL YANG DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN.
  • TERSEDIANYA IG DASAR YANG BERKUALITAS MERUPAKAN TUGAS UTAMA BIG YANG HARUS SEGERA DIPENUHI.
  • PEMBANGUNAN IG TEMATIK YANG BERKUALITAS MENGACU KEPADA NORMA, STANDAR DAN METODE YANG DITETAPKAN OLEH BIG.

Apa yang dapat dikerjakan oleh Departemen Geografi,  berpartisipasi  dalam pembangunan informasi geospatial?

MANFAAT CITRA PENGINDERAAN JAUH UNTUK KAJIAN FISIK, SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 1979 dalam Sutanto, 1986).  Data penginderaan jauh diperoleh dari suatu satelit, pesawat udara balon udara atau wahana lainnya. Data-data hasil penginderaan jauh diantaranya berupa citra dan foto udara. Data-data tersebut memiliki karakteristik berbeda-beda, misalnya perbedaan resolusi spasial, resolusi spektral, dan resolusi temporal.
 Teknologi penginderaan sebagai teknik untuk memperoleh data spasial kini telah berkembang. Data-data berupa citra yang diperolehpun semakin beragam sesuai tujuan dari pengambilan data citra tersebut. Perkembangan teknologi penginderaan jauh ini telah memungkinkan citra tersedia dalam berbagai tingkat resolusi. Dengan melalui teknik interpretasi, maka citra penginderaan jauh dapat mempermudah memperoleh data fisik maupun sosial ekonomi (Dulbahri, 2007). Sehingga kini semakin banyak citra yang dimanfaatkan untuk berbagai kajian, seperti kajian fisik, sosial dan lingkungan.
a.      Manfaat Citra untuk Kajian Fisik
Kondisi konfigurasi permukaan bumi disuatu tempat akan dengan mudah diamati dan diidentifikasi melalui citra penginderaan jauh tanpa harus pergi ke tempat tersebut. Citra dapat memberikan data yang bersifat keruangan. (Dulbahri, 2007). Karakteristik ruang seperti kondisi fisik permukaan bumi yang bisa diidentifikasi melalui citra diantaranya yaitu kondisi topografi, hidrologi, iklim dan kelautan.
Informasi kondisi topografi melalui citra penginderaan jauh dapat diperoleh dari citra Landsat, RADAR, ASTER, SLAR, SRTM dan lainnya. Manfaat dari citra tersebut diantaranya yaitu mengamati kondisi fisiografi meliputi morfologi, bentuklahan dan tingkat pengikisan batuan. Dari pengamatan kondisi topografi melalui citra juga dapat diperoleh informasi tentatif mengenai potensi sumberdaya, seperti sumberdaya mineral, sumberdaya air tanah ataupun sumberdaya lahan.
Dalam kajian hidrologi, citra sangat  membantu dalam pengamatan dan pemantauan kondisi hidrologi di suatu wilayah. Kondisi hidrologi yang dapat dipantau melaui citra diantaranya kondisi daerah aliran sungai, pengamatan luas daerah dan intensitas banjir, pemetaan pola aliran sungai, studi sedimentasi sungai dan lainnya. Citra yang bisa dimanfaatkan untuk kajian hidrologi diantaranya citra Lndsat dan Citra SPOT.
Selain kondisi hidrologi, kondisi iklim baik secara lokal maupun global, bisa dengan mudah diidentifikasi melalui citra. Salah satu produk citra yanng dapat dimanfaatkan untuk kajian iklim ini diantaranya NOAA, Meteor, TRMM dan GMS. Manfaat dari produk citra tersebut diantaranya dapat digunakan untuk pengamatan iklim suatu daerah, analisis cuaca, pemetaan iklim dan perubahannya serta peramalan cuaca. Kondisi cuaca yang terpantau melalui citra sangat membantu dalam bidang transportasi, terutama transportasi laut dan udara yang kinerjanya sangat tergantung pada kondisi cuaca yang ada.
Di bidang kelautan, citra yang dapat dimanfaatkan diantaranya citra Seasat dan MOSS. Manfaat citra tersebut antara lain berguna untuk pengamatan sifat fisis air laut, pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut, pemetaan dinamika pesisir (perubahan pantai, abrasi, sedimentasi), spot penangkapan ikan dan lainnya.
b.      Manfaat Citra untuk Kajian Sosial
Seiring dengan perkembangan  teknologi penginderaan jauh yang memungkinkan untuk memperoleh informasi spasial yang rinci dengan resolusi spasial dan temporal tinggi, kini citra dapat dimanfaatkan untuk kajian sosial. Manfaat tersebut diantaranya yaitu pengamatan perkembangan kota/wilayah, identifikasi wilayah permukiman kumuh, hingga perkiraan jumlah penduduk. Dulbahri (2007) menyatakan bahwa melalui citra penginderaan jauh juga dapat dimanfaatkan untuk valuasi ekonomi suatu wilayah yang terkena bencana, mengidentifikasi lokasi yang terisolasi akibat bencana dan dapat memperkirakan besarnya risiko wilayah yang terkena dampak bencana. Sehingga dapat mempermudah dalam memberi bantuan pasca bencana.
c.       Manfaat Citra untuk Kajian Lingkungan
Manfaat citra untuk kajian lingkungan diantaranya yaitu pemetaan penggunaan lahan, mengumpulkan data kerusakan lingkungan karena berbagai sebab, mendeteksi lahan kritis, pemantauan distribusi sumber daya alam, pemetaan untuk keperluan HANKAMNAS, perencanaan pembangunan wilayah, pemetaan daerah rawan bencana, perencanaan tataruang wilayah, pemantauan degradasi lingkungan dan lainnya. Citra yang dapat dimanfaatkan untuk kajian ini diataranya Landsat, Soyuz, dan SPOT.
Daftar Pustaka
Dulbahri. 2007. Peran Citra Penginderaan Jauh dalam Perkiraan Risiko Bencana. Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol. 1No. 2, Mei 2007.ISSN 1978-3450. Hal 76-82.Pusat Studi Bencana (PSB) Universitas Gadjah Mada.

Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sumber: http://earthy-moony.blogspot.com/2011/10/manfaat-citra-penginderaan-jauh-untuk.html

PENGETAHUAN PETA

Peta

Peta adalah gambaran umum (konvensional) permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi dengan tulisan serta simbol sebagai keterangan. Oleh karena merupakan gambaran konvensional, maka peta menggambarkan semua kenampakan yang ada di permukaan bumi, antara lain gunung, danau, sungai, laut, dan jalan. Namun kenampakan-kenampakan tersebut hanya dilukiskan atau digambarkan dengan simbol-simbol tertentu yang sesuai.

Media penggambaran permukaan bumi selain pada peta juga sering kita temukan pada bidang lengkung/bola yang sering disebut dengan globe. Perbedaan yan mendasar antara peta dengan globe adalah :

  1. Bidang yang digunakan, Peta menggunakan bidang datar sedangkan Globe menggunakan bidang bola
  2. Daerah yang tergambar, pada peta wilayah yang digambarkan dapat berupa seluruh maupun hanya sebagian kecil wilayah di permukaan bumi sedangkan pada globe wilayah yang tergambar adalah seluruh wilayah di permukaan bumi.

Ilmu yang mempelajari tentang peta adalah Kartografi, sedangkan orang yang ahli dalam bidang pembuatan peta disebut kartograf.

Manusia telah mengenal peta sejak sebelum masehi. Akan tetapi, pada waktu itu peta masih digambar pada lempengan tanah liat yang kemudian dibakar, tidak pada kertas seperti zaman sekarang. Contoh peta pada lempengan tanah liat adalah peta-peta yang dibuat oleh bangsa Babilonia, Mesir dan Cina yang saat ini disimpan di Museum Semit Harvard, Amerika Serikat

————————————————————————–

Beberapa definisi peta menurut para ahli adalah sebagi berikut :

1. Menurut ICA (International Cartographic Association)

Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan.

2. Menurut Aryono Prihandito (1988)

Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.

3. Menurut Erwin Raisz (1948)

Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.

4. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)

Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.

Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta

Fungsi Pembuatan Peta

Peta mempunyai beberapa fungsi di berbagai bidang, antara lain untuk:

  • menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi,

Dengan membaca peta kita dapat mengetahui lokasi relatif suatu wilayah yang kita lihat, misal :

  1. Propinsi Jawa Barat terletak di antara propinsi Jawa Tengah dan propinsi Banten
  2. Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di antara propinsi Nusat Tenggara Barat (NTB) dan negara Timor Leste
  • memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi (misalnya bentuk benua, atau gunung) sehingga dimensi dapat terlihat dalam peta,

——————————————————————–

  • menyajikan data tentang potensi suatu daerah, misalnya :

————————————————————————————–

————————————————————————————–

————————————————————————————–

  • memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi.

Tujuan Pembuatan Peta

Tujuan pembuatan peta antara lain sebagai berikut:

  • membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan,
  • analisis data spasial, misalnya perhitungan volume,
  • menyimpan informasi,
  • membantu dalam pembuatan suatu desain, misal desain jalan, dan

  • komunikasi informasi ruang.

Jenis-jenis Peta

Secara umum peta dibagi atas beberapa klasifikasi, sebagai berikut :

1. Berdasarkan Sumber Datanya

a. Peta Induk (Basic Map)

Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan. Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya.

b. Peta Turunan (Derived Map)

Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.

2. Berdasarkan Isi Data yang Disajikan

a.  Peta Umum

Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan. Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai berikut.

1). Peta topografi

peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.

Contoh Peta Kontur

2). Peta chorografi,

peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta chorografi adalah atlas.

Kumpulan Peta Dalam Atlas sebagian besar termasuk dalam kategori peta Chorografi

3). Peta dunia

peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.

b. Peta Tematik

Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu / khusus. Misal peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya.

3. Berdasarkan Skalanya

a. Peta Kadaster/Peta Teknik

Peta Kadaster mempunyai skala sangat besar antara 1 : 100 – 1 : 5000 Peta kadaster ini sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan teknis, misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air, dan sebagainya.

b. Peta Skala Besar

Peta Skala Besar mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk perencanaan wilayah.

c. Peta Skala Sedang

Peta Skala Sedang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.

d. Peta Skala Kecil

Peta Skala Kecil mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.

e. Peta Geografi/Peta Dunia

Peta Dunia mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.

4. Berdasarkan Bentuknya

a. Peta Stasioner

Peta Stasioner menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat relatif tetap (stabil). Contohnya: peta topografi, peta geologi, peta jenis tanah

b. Peta Dinamis

Peta Dinamis menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat selalu berubah (dinamis). Contohnya: peta kepadatan penduduk, peta sebaran korban bencana alam, peta jaringan komunikasi.

5. Berdasar Tujuannya

a. Peta Pendidikan (Educational Map)

Contohnya: peta lokasi sekolah SLTP/SMU.

b. Peta Ilmu Pengetahuan.

Contohnya: peta arah angin, peta penduduk.

c. Peta Informasi Umum (General Information Map)

Contohnya: peta pusat perbelanjaan.

d. Peta Turis (Tourism Map)

Contohnya: peta museum, peta rute bus.

e. Peta Navigasi

Contohnya: peta penerbangan, peta pelayaran.

f. Peta Aplikasi (Technical Application Map)

Contohnya: peta penggunaan tanah, peta curah hujan.

g. Peta Perencanaan (Planning Map)

Contohnya: peta jalur hijau, peta perumahan, peta pertambangan.

Komponen/Unsur Kelengkapan Peta

Peta merupakan alat bantu dalam menyampaikan suatu informasi keruangan. Berdasarkan fungsi tersebut maka sebuah peta hendaknya dilengkapi dengan berbagai macam komponen/unsur kelengkapan yan bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam membaca/menggunakan peta. Beberapa komponen kelengkapan peta yang secara umum banyak ditemukan pada peta misalnya adalah :

Komponen Kelangkapan Peta

1. Judul Peta

Judul peta merupakan  nama suatu daerah yang digambar. Judul mencerminkan isi dan tipe peta . Penulisan judul peta hendaknya menggunakan huruf cetak tegak, semua menggunakan huruf besar dan simetris

2. Skala Peta

Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan bumi

3. Arah Mata Angin / Orientasi / Petunjuk Arah

Petunjuk arah  adalah tanda pada peta yang menunjukkan arah utara, timur, selatan atau arah daerah yang digambar

4. Simbol Peta

Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya,

5. Warna Peta

Pada peta, warna digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di permukaan bumi

6. Tipe Huruf (Lettering)

Penggambar uruf berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada. Setiap nama simbol menggunakan huruf-huruf standar sebagai berikut.

7. Gratikul (Posisi Geografis)

Posisi gografis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah

8. Inset

Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta. Inset juga di gunakan untuk menggambar suatu wilayah yang tidak tergamabr pada peta, sehubungan dengan terbatasnya media gambar.

9. Garis Tepi

Garis tepi peta sebaiknya dibuat rangkap. Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta.

10. Legenda

Legenda adalah keterangan yang berupa simbol-simbol pada peta agar peta mudah dimengerti oleh pembaca.

11. Sumber dan Tahun Pembuatan

Sumber dan tahun pembuatan peta merupakan sumber data yang perlu dicantumkan untuk kebenaran peta yang dibuat.

Komponen Peta : Petunjuk Arah

Komponen petunjuk arah sering juga disebut dengan mata angin, dan orientasi.

Petunjuk arah sebagai salah satu komponen kelengkapan pada peta merupakan komponen yang harus ada dalam sebuah peta. Sesuai dengan namanya, fungsi penunjuk arah memberikan informasi arah utara, timur, selatan, barat dan atau arah daerah yang digambar.

Arah yang biasa kita kenal dan kita gunakan biasanya adalah delapan (8) arah mata angin yaitu Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, Barat Laut.

Penempatan komponen petunjuk arah dapat ditempatkan bebas, tetapi biasanya ditempatkan di bagian atas peta utama. Informasi arah tidak harus ditampilkan seluruhnya, bisa hanya satu arah saja misalnya arah utara.

Desain/bentuk petunjuk arah dapat digambar secara bebas, hal ini merupakan kebebasan dari pembuat peta. Beberapa contoh petunjuk arah yang biasa kita temui misalnya sebagai berikut.

Kompenen Peta : Simbol dan Legenda

Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya. Dalam penggambarannya simbol ditempatkan sesuai pada lokasi kenampakan pada peta utama dan penjelasan/keterangannya ditempatkan pada legenda.

Agar dapat dibaca oleh pengguna maka sebaiknya simbol dibuat :

  1. Sederhana
  2. Mewakili obyek aslinya, jika memungkinkan dibuat mirip/sama dengan obyek aslinya tersebut

Berdasarkan kenampakan lingkungannya  simbol dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Simbol budaya,

adalah simbol yang mewakili kenampakan budaya, misalnya jalan, rel, kota dan lain-lain

2. Simbol alam,

adalah simbol yang mewakili kenampakan alam, misalnya sungai, gunung, danau dan lainnya

Berdasarkan bentuknya simbol dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

1. Simbol Garis

Digunakan untuk mewakili data geografis yang berhubungan dengan jarak, contoh : sungai, jalan, rel dan batas wilayah

2. Simbol Titik

Simbol titik digunakan untuk mewakili tempat, contoh : kota, gunung dan objek-onjek penting lainnya

3.  Simbol Area

Digunakan untuk mewakili suatu  luasan tertentu, contoh : danau, rawa, gurun dan hutan

Berdasarkan Wujudnya, simbol dibedakan menjadi 3 yaitu :

1.  Simbol Piktorial

adalah simbol yang berupa gambar yang mirip dengan yang sebenarnya

2.  Simbol Abstrak

adalah simbol yang berupa gambar yang tidak mirip dengan yang sebenarnya

3.  Simbol Huruf / Angka

adalah simbol yang berupa huruf / angka

====================================================

Legenda adalah keterangan yang berupa simbol-simbol pada peta agar peta mudah dimengerti oleh pembaca.

Komponen Peta : Skala

Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan bumi.

Berbagai macam skala peta, diantaranya sebagai berikut.

1. Skala pecahan / numeric scale

Skala pecahan adalah skala yang menunjukkan perbandingan jarak di peta dengan jarak yang sebenarnya di lapangan. Untuk kenampakan yang sama penulisnya dengan angka pecahan.

2. Skala verbal

Skala Verbal adalah skala yang menunjukkan perbandingan jarak 1 inci di peta sesuai dengan sejumlah mil di lapangan.

Contoh : 1 inci = 1 mil

Artinya : jika jarak pada peta 1 inci, maka jarak di permukaan bumi adalah 1 mil

Keterangan : 1 mil      =    63.360 inci

1 inci    =    2.54 cm

3.  Skala grafis/skala garis/skala bar

Skala grafis adalah skala yang ditunjukkan dengan gari lurus yang dibagi-bagi dalam bagian yang sama, dimana setiap bagianmenunjukkan kesatuan panjang yang sama pula.

Skala garis digambar sebagai berikut :

  • Skala grafis yang memberikan informasi jarak sebenarnya saja

  • Skala grafis yang memberikan informasi jarak di peta dan jarak sebenarnya.

Skala garis merupakan skala yang bersifat fleksibel dibanding dengan skala numerik maupun skala verbal.

  • Jika sebuah peta diperbesar atau diperkecil menggunakan mesin fotokopi, kamera, scan maka gambar skala grafis akan mengikuti perubahan itu, berbeda dengan skala numeric atau verbal jika peta diperbesar atau diperkecil tulisan/gambar skala numeric/verbal tidak berubah.

Komponen Peta : Inset

Dalam satu bingkai peta kadang kita akan menemui ada 2 wilayah (peta) yang tergambar. Yang pertama merupakan peta utama yang tergambar dalam ukuran besar, dan satunya lagi peta dalam ukuran kecil yang sering kita sebut dengan inset.

Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta. Inset bersifat menjelaskan wilayah pada peta utama.

Berdasarkan fungsinyanya, inset di bedakan menjadi 3 macam yaitu :

1. Inset yang berfungsi untuk menunjukkan lokasi relatif wilayah yang tergambar pada peta utama.

Inset ini memiliki skala lebih kecil dari peta utama, untuk menjelaskan letak/hubungan antara wilayah pada peta utama dengan wilayah lain di sekelilingnya. Misalnya : lokasi relatif Pulau Kalimantan sebagai peta utama terlihat posisinya dengan pulau-pulau lain di sekitarnya pada inset peta wilayah Indonesia

2. Inset yang berfungsi memperbesar/memperjelas sebagian kecil wilayah pada peta utama.

Inset ini memiliki skala lebih besar dari peta pokok, mempunyai kegunaan untuk menjelaskan bagian dari peta pokok yang dianggap penting. Misalnya : lokasi permukiman yang penting pada suatu kota diperbesar sehingga menjadi lebih jelas.

3. Inset yang berfungsi untuk menyambung wilayah pada peta utama.

Inset ini memiliki skala sama besar dengan peta utama dan juga merupakan peta utama yang disambung. Fungsi menyambung ini bertujuan untuk :

  • Menggambarkan wilayah pada peta utama yang terpotong karena keterbatasan pada media kertas/halaman.
  • Menggambar wilayah yang terpencar

Contoh inset sebagai penyambung  seperti pada gambar berikut :

Pada peta berikut ini wilayah Pante Makasar yang merupakan bagian dari daerah Timor Leste terpencar dari wilayah lain yang lebih luas.

———————————————————————————

Dalam peta lain di bawah ini wilayah Pante Makasar (Pante Macasar) dimasukkan dalam inset.

Pante Makasar dimasukkan dalam inset yang berfungsi untuk menyambung————————————————————————

Contoh penggunaan inset yang berfungsi sebagai penyambung pada peta Timor Leste yang lain

Komponen Peta : Inset

Dalam satu bingkai peta kadang kita akan menemui ada 2 wilayah (peta) yang tergambar. Yang pertama merupakan peta utama yang tergambar dalam ukuran besar, dan satunya lagi peta dalam ukuran kecil yang sering kita sebut dengan inset.

Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta. Inset bersifat menjelaskan wilayah pada peta utama.

Berdasarkan fungsinyanya, inset di bedakan menjadi 3 macam yaitu :

1. Inset yang berfungsi untuk menunjukkan lokasi relatif wilayah yang tergambar pada peta utama.

Inset ini memiliki skala lebih kecil dari peta utama, untuk menjelaskan letak/hubungan antara wilayah pada peta utama dengan wilayah lain di sekelilingnya. Misalnya : lokasi relatif Pulau Kalimantan sebagai peta utama terlihat posisinya dengan pulau-pulau lain di sekitarnya pada inset peta wilayah Indonesia

2. Inset yang berfungsi memperbesar/memperjelas sebagian kecil wilayah pada peta utama.

Inset ini memiliki skala lebih besar dari peta pokok, mempunyai kegunaan untuk menjelaskan bagian dari peta pokok yang dianggap penting. Misalnya : lokasi permukiman yang penting pada suatu kota diperbesar sehingga menjadi lebih jelas.

3. Inset yang berfungsi untuk menyambung wilayah pada peta utama.

Inset ini memiliki skala sama besar dengan peta utama dan juga merupakan peta utama yang disambung. Fungsi menyambung ini bertujuan untuk :

  • Menggambarkan wilayah pada peta utama yang terpotong karena keterbatasan pada media kertas/halaman.
  • Menggambar wilayah yang terpencar

Contoh inset sebagai penyambung  seperti pada gambar berikut :

Pada peta berikut ini wilayah Pante Makasar yang merupakan bagian dari daerah Timor Leste terpencar dari wilayah lain yang lebih luas.

———————————————————————————

Dalam peta lain di bawah ini wilayah Pante Makasar (Pante Macasar) dimasukkan dalam inset.

Pante Makasar dimasukkan dalam inset yang berfungsi untuk menyambung————————————————————————

Contoh penggunaan inset yang berfungsi sebagai penyambung pada peta Timor Leste yang lain

Menghitung Skala Peta (1)

Pada sebuah peta di wilayah Asia atau peta-peta lain kita akan sering menemui ada 2 macam skala yang sering ditampilkan oleh pembuat, yaitu skala numerik dan skala garis. Mengapa harus ada 2 macam skala yang digambarkan?

Hal ini sebenarnya mengacu pada sifat yang berbeda dari kedua skala tersebut jika peta yang ada mengalami perubahan, misalnya diperbesar/diperkecil melalui media Scanning dan Fotokopi.

Perbedaan kedua skala tersebut adalah :

  1. Skala numerik bersifat statis, jika sebuah peta diperbesar/diperkecil melalui fotokopi maka nilai skala yang tergambar tidak akan berubah. Sebagai contoh : jika sebuah peta skala numeriknya 1 : 20.000 diperbesar 4 kali dengan menggunakan mesin fotokopi, maka skala yang baru adalah 1 : 5.000  tetapi pada peta tersebut masih tergambar 1 : 20.000
  2. Skala garis bersifat dinamis, jika sebuah peta diperbesar/diperkecil melalui fotokopi maka skala garis akan mengikuti perubahan pada peta tersebut. Sebagai contoh : jika sebuah peta diperbesar dengan fotokopi maka gambar skala garis akan mengikuti perbesaran peta tersebut.

Mengubah skala numerik ke skala garis

Skala numerik dapat kita buat menjadi skala garis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Contoh :

Diketahui sebuah peta memiliki skala 1 : 25.000, jika akan dibuat skala garis yang mencerminkan jarak 4 km dilapangan maka berapa panjang skala garis yang akan tergambar?

Jawab :

0004 km

= ——————–

00025.000 cm

000400.000 cm

= ——————-

00025.000 cm

= 16 cm

Jadi skala garis yang tergambar adalah 16 cm.

=====================================================

Mengubah skala garis ke skala numerik

Pada peta yang telah mengalami perubahan ukuran karena telah difotokopi maka nilai pada skala numerik menjadi salah, maka untuk mengetahui skala numerik yang baru adalah dengan menggunakan rumus.

Sebagai contoh :

sebuah peta setelah difotokopi maka skala garisnya adalah seperti pada gambar berikut :

Sebelum diperbesar panjang skala garisnya adalah 4 cm, setelah diperbesar 2 kali maka panjang skala garisnya menjadi 8 cm. Berapa skala numerik yang baru?

00020 km

= —————

00008 cm

0002.000.000 cm

= ———————–

000 8 cm

= 250.000

Jadi skala numerik yang baru dari peta tersebut adalah 1 : 250.000

Menghitung Skala Peta (2)

Seorang pengguna peta terkadang akan merasa bahwa peta yang dia gunakan ukurannya terlalu kecil atau terlalu besar, dia merasa peta tersebut kurang ringkas jika dibawa sehingga dia kemudian memperbesar atau memperkecil peta yang dimilikinya itu agar menjadi mudah dia bawa.

Suatu peta jika diperbesar atau diperkecil ukurannya menggunakan media apapun, maka skalanya juga akan mengalami perubahan. Ada banyak media yang dapat digunakan untuk memperbesar/memperkecil peta, misalnya :

1. Mesin Fotokopi

2. Scanner

3. Pantograf

Pantograf-alat untuk memperbesar dan memperkecil peta

==================================================

Untuk menghitung skala baru dari peta yang diperbesar menggunakan rumus sebagai berikut :

Contoh soal :

Sebuah peta berskala 1 : 30.000 diperbesar 4 kali, maka berapa skala peta hasil perbesarannya?

Jawab :

—–1

= ——- x 30.000

-—-4

—–30.000

= ————–

———-4

= 7.500

Jadi skala baru pada peta hasil perbesaran tersebut adalah 1 : 7.500

Untuk menghitung skala baru dari peta yang diperkecil menggunakan rumus sebagai berikut :

Contoh soal :

Sebuah peta dengan skala 1 : 12.500 akan diperkecil 4 kali, maka berapa skala baru pada peta yang diperkecil tersebut?

Jawab :

——–4

= ————- X 12.500

——–1

= 4 X 12.500

= 50.000

Jadi skala baru pada peta yangdiperkecil tersebut adalah 1 : 50.000

Menghitung Skala Peta (3)

Menghitung Skala Pada Peta Yang Tidak Mencantumkan Informasi Skala

Karena sesuatu hal terkadang ada sebuah peta yang tidak mencantumkan informasi skala pada bagian peta tersebut. Hal ini tentu saja menyulitkan pengguna dalam membaca/menggunakan peta tersebut, karena skala merupakan komponen yang sangat vital untuk sebuah peta. Dengan skala para pengguna dapat menghitung jarak sebenarnya 2 obyek dalam suatu peta.

Untuk mengetahui skala pada peta yang tidak mencantumkan informasi skala, dapat kita cari dengan menggunakan berbagai cara antara lain :

  • Membandingkan jarak 2 obyek (titik) pada peta dengan 2 obyek pada jarak sebenarnya, dengan rumus :

Pembandingan menggunakan cara pertama ini sangat cocok digunakan untuk peta-peta yang berskala besar (peta yang lingkup wilayahnya sangat sempit), misalnya peta RT, peta RW, peta Dusun, dan peta pada kepemilikan lahan pribadi. Hal ini karena jika akan dilakukan pengukuran pada jarak sebenarnya maka kita tidak akan mudah melakasanakannya.

Contoh :

Sebuah peta kadaster yang tidak memiliki informasi skala setelah dilakukan pengukuran diketahui, jarak antara 2 obyek pada peta adalah 4 cm. Sedangkan pada pengukuran jarak antara 2 obyek sebenarnya di lapangan diketahui 30 meter. Berapakah skala peta tersebut?

S = Js : Jp

S = 30 meter : 4 cm

S = 3000 cm : 4 cm

S = 750 cm

Jadi skala peta tersebut adalah 1 : 750

================================================

  • Membandingkan dengan peta lain yang sama memiliki skala yang berbeda

Contoh :

Ronnir mendapatkan sebuah peta wilayah Kecamatan Majapahe tidak mencantumkan informasi skala. Untuk mengetahui skala peta tersebut kemudian Ronnie membandingkan dengan peta Kecamatan Majapahe yang lain yang ada informasi skalanya.  Dari hasil perbandingan diketahui jarak antara 2 titik pada peta yang tidak berskala tersebut adalah 2 cm, sedangkan pada peta yang berskala 1 : 100.000 jarak antara 2 titik yang sama adalah 5 cm. Maka berapa skala peta yang belum mencantumkan informasi skala tersebut?

P 2 = (J1 : J2) x P 1

P 2 = (5 : 2 ) x 100.000

P 2 = (2,5) x 100.000

P 2 = 250.000

Jadi skala pada peta yang belum mencantumkan informasi skala tersebut adalah 1 : 250.000

================================================

  • Jika peta yang tidak berskala tersebut peta topografi/kontur maka skala peta kita hitung dengan memperhatikan interval antar kontur (Ci – Contour Interval)

Contoh :

Sebuah peta topografi daerah gunung berapi diketahui memiliki jarak antar garis kontur sebesar 20 m, maka berapa skala pada peta kontur tersebut?

S = 2.000 x Ci

S = 2.000 x 20

S = 40.000

Jadi skala pada peta kontur tersebut adalah 1 : 40.000

Menghitung Luas Wilayah Pada Peta (1)

Menghitung Luas Wilayah Pada Peta Menggunakan Sistem Grid

Sebuah peta memiliki informasi jarak yang dapat kita baca pada skala. Tetapi bagaimana dengan informasi luas wilayah?

Gambar pada suatu peta terbentuk atas unsur titik (dot), garis (line), dan area (poligon). Poligon merupakan garis  tertutup yang kedua ujungnya saling bertemu dan membentuk area. Area yang terbentuk ini akan membentuk luasan yang dapat kita ukur/hitung berapa besarnya. Menghitung luas suatu wilayah pada peta dapat kita lakukan secara manual dengan menggunakan Sistem Grid.

Menghitung dengan menggunakan sistem grid adalah dengan membuat petak-petak pada gambar peta dalam bentuk bujur sangkar yang berukuran sama. Penentuan panjang sisi  bujur sangkar secara umum dibuat 1 cm, tetapi dapat dimodifikasi tergantung kebutuhan. Kemudian hitung berapa jumlah kotak yang ada, dengan pedoman :

1. Kotak yang penuh dihitung satu
2. Jika ada kotak  yang terpotong oleh poligon maka :

  • area yang berada di dalam lebihluas/sama dengan area yang berada di luar poligon, dihitung satu kotak
  • area yang berada di dalam lebih sempit dengan area yang berada di luar poligon, tidak dihitung.

Contoh perhitungan jumlah kotak seperti pada gambar berikut :

Tahap tersebut baru menghitung jumlah kotak, untuk menghitung luas maka menggunakan rumus berikut :

Contoh Soal :

Menghitung Luas Wilayah dengan ukuran sisi bujur sangkar (grid) 1 cm

Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 50.000, hitunglah luas wilayahnya dengan menggunakan sistem grid!

Jawab :

L = (Jumlah Kotak x Luas 1 Kotak dalam cm²) x (Penyebut Skala)²

L = (6 x (1 cm x 1 cm)) x (50.000)²

L = (6 x 1 cm²) x 2.500.000.000 cm²

L = 6 cm² x 2.500.000.000 cm²

L = 15.000.000.000 cm²

Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari

L = 150.000.000 dm²

L = 1.500.000 m²

L = 15.000 dkm²

L = 150 hm²

L = 1,5 km²

Menghitung Luas Wilayah dengan ukuran sisi bujur sangkar (grid) lebih dari 1 cm (misal pada soal berikut : 3cm)

Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 25.000, hitunglah luas wilayahnya dengan menggunakan sistem grid!

Jawab :

L = (Jumlah Kotak x Luas 1 Kotak dalam cm²) x (Penyebut Skala)²

L = (9 x (3cm x 3 cm)) x (25.000)²

L = (9 x 9 cm²) x 625.000.000 cm²

L = 81 cm² x 625.000.000 cm²

L = 50.625.000.000 cm²

Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari

L = 506.250.000 dm²

L = 5.062.500 m²

L = 50625 dkm²

L = 506,25 hm²

L = 5,0625 km²

Menghitung Luas Wilayah Pada Peta (2)

Menghitung luas wilayah pada peta menggunakan metode balok

Selain menggunakan sistem grid/petak, luas wilayah pada suatu peta dapat kita ukur (perkirakan) dengan menggunakan metode balok. Prinsip penghitungan menggunakan model ini mirip dengan sistem grid. Yang membedakan adalah pada sistem grid kotak yang dibuat semuanya berukuran sama (panjang sisi maupun luasnya), sedangkan kotak pada metode balok berbentuk persegi panjang/balok  di mana setiap persegi panjang tersebut berbeda ukuran maupun luasnya.

Prinsip dari metode ini adalah dengan membagi peta menjadi beberapa balok yang berjajar dari atas ke bawah, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  • Persiapkan peta awal yang akan dihitung luasnya dengan menggunakan metode balok

  • Bagi area pada peta menjadi beberapa bagian dengan ketebalan yang sama

  • Buatlah pembatas untuk menghitung panjang balok.

  • Setiap balok yang telah dibuat ditandai

  • Prinsip pembatasan adalah sebagai berikut :

1. Tandai garis peta yang berpotongan dengan garis balok

2. Buat garis yang membagi daerah dalam peta dengan daerah luar peta.  Daerah di dalam peta yang tidak penuh digunakan untuk memenuhi daerah di luar peta.

Kemudian hitung luas balok seluruhnya dengan rumus berikut :

Contoh soal:

1. Soal dengan tebal balok 1 cm

Jawab :

= ((3 + 4 + 4,5 + 5,5 + 4) x 1 ) x (25.000)²

= (21 x 1) x (625.000.000)

= 21 x 625.000.000 cm²

= 13.125.000.000 cm²

kemudian dikonversi ke dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan.

= 131.250.000 dm²

=1.312.500 m²

= 13.125 dkm²

= 131,25 hm² atau 131,25 ha

2. Soal dengan tebal balok lebih dari 1 cm

Jawab :

= ((5 + 8 + 7,5 + 6 + 4) x 2 cm) x (30.000)²

= (30,5 x 2) x (900.000.000 cm²)

= 61 x 900.000.000 cm²

= 54.900.000.000 cm²

= 549.000.000 dm²

= 5.490.000 m²

= 54.900 dkm²

= 549 hm²

= 5,49 km²

Menghitung Luas Wilayah Pada Peta (3)

Luas wilayah pada peta dapat kita hitung dengan menggunakan metode balok dan grid (kotak). Kedua metode tersebut pada prinsipnya sama, yaitu memperkirakan luas peta dengan membuat kotak atau balok yang kemudian dihitung luasnya berdasarkan perbandingan skala. Hasil perhitungan kedua metode tersebut tidak mutlak benar, hal ini karena ada wilayah pada peta yang menjadi hilang atau bertambah. Sebagai contoh pada metode kotak jika wilayah pada peta yang terpotong kotak bujur sangkar daerah yang ada kurang dari separuh maka daerah itu dihilangkan (dihitung 0 ), sedangkan jika daerahnya tergambar separuh atau lebih maka akan dihitung 1. Perhitungan dengan cara tersebut dapat menyebabkan luas peta bisa menjadi lebih sempit atau justru lebih luas dari luas sebenarnya.

Untuk meminimalisasi kesalahan perhitungan pada metode grid dan balok yang bersifat manual, maka luas pada peta dapat kita ukur dengan menggunakan alat bantu pengukur luas peta yang biasa disebut PLANIMETER.

Prinsip kerja planimeter Adalah alat ini bekerja pada daerah/peta yang berbentuk area atau poligon tertutup. Perhitungan luas di mulai dengan menentukan titik awal, kemudian menggerakkan alat tersebut searah pada dengan jarum pada batas poligon sampai kembali ke titik awal, dan setelah itu dilakukan pembacaan.

Biasanya pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang, perhitungan luas peta diperoleh dari perhitungan rata-rata.

Beberapa contoh Planimeter seperti pada gambar berikut ini :

====================================================

=====================================================

==============================================

MEMBACA DAN MENAFSIRKAN PETA

Peta sebagai alat untuk menyampaikan informasi keruangan merupakan media yang sangat penting bagi para penggunanya, terutama bagi mereka yang bekerja di luar ruang. Bagi seorang pendaki gunung misalnya, peta merupakan media dapat digunakan sebagai media untuk pengenalan medan. Dalam kegiatan menggunakan peta untuk pengenalan medan, maka seorang pendaki gunung akan melakukan dua kegiatan yang berbeda tetapi merupakan satu kesatuan yaitu kegiatan membaca dan menafsir peta. Pendaki tersebut jika hanya hanya membaca peta tanpa berusaha menafsirkan informasi yang berada di dalamnya maka peta tersebut tidak akan memberikan informasi seperti yang diharapkan.

Membaca dan menafsirkan peta pada hakekatnya mempelajari/menganli medan melalui berbagai simbol-simbol yang ada pada peta. Berdasarkan simbol-simbol yang telah di analisis maka akan diperoleh kesimpulan. Dari kesimpulan tersebut dapat diberikan penafsiran yang berhubungan dengan ubsur-unsur gografis lainnya.

Beberapa faktor yang dapat dibaca pada peta antara lain sebagai berikut :

1. Kenampakan pokok

Berbagai kenampakan pokok dalam peta dapat kita baca dan tafsirkan dari simbol-simbol yang terdapat pada peta. Kenampakan pokok pada peta mencakup kenampakan alam, sosial dan ekonomi. Berbagai kenampakan tersebut terwakili secara sederhana oleh simbol yang telah dibuat, misalnya :

  • Kota, puncak gunung, pelabuhan, bandara yang diwakili oleh simbol titik
  • Sungai, jalan, batas wilayah yang diwakili oleh simbol garis
  • Danau, waduk, lahan pertanian yang diwakli oleh simbol area

2. Jarak

Suatu kenampakan pokok pada peta dapat kita baca jaraknya dengan menggunakan informasi skala yang sudah terdapat pada peta. Beberapa hal yang dapat kita ketahui jaraknya misalnya :

a. Jarak lurus pada obyek antar titik.

Jarak lurus pada obyek antar titik pada peta dapat dapat kita hitung jarak lurusnya dengan menghubungkan kedua titik tersebut dengan garis khayal.

b. Jarak berkelok pada simbol garis

Jalan, batas dan sungai bukan merupakan garis yang lurus, sehingga untuk dapat dihitung jarak sebenarnya dapat dengan menggunakan benang .

3. Arah

Untuk menentukan arah di lapangan kita dapat menggunakan alat bantu misalnya orientasi pada peta dan kompas.

4. Lokasi

Lokasi suatu obyek pada peta dapat kita ketahui dengan beberapa cara antara lain :

  • Pararel Meridian
  • Jarak dan Jarak
  • Arah dan Jarak
  • Arah dan Arah

5. Ketinggian

Peta menyajikan informasi ketinggian yang dapat kita baca dan tafsirkan melalui titik-titi triangulasi, titik ketinggian dan garis kontur.

Membaca Peta (1)

Menentukan Arah Pada Peta dan Kondisi Sebenarnya

oleh : Andi Hidayat

Peta merupakan sarana bantu yang kita gunakan untuk mempelajari lokasi suatu wilayah. Postingan sebelumnyakita dapat mengetahui bahwa pada peta terdapat beberapa informasi yang bisa kita dapatkan dan kita baca. Salah satu faktor yang dapat kita baca pada peta adalah ARAH.

Membaca arah pada peta merupakan pekerjaan yang mudah, kita hanya tinggal memperhatikan komponen wajib pada suatu peta yaitu orientasi/penunjuk arah. Orientasi/penunjuk arah merupakan komponen peta yang dapat kita amatai dari bentuknya yang bervariasi, tetapi pada dasarnya sama. Lambang orientasi/penunjuk arah pada peta umumnya berupa tanda dengan gambar 4 sudut bintang yang setiap sudutnya menginformasikan arah. Pada umumnya yang tertulis adalah arah Utara.

Menentukan arah pada peta bukanlah pekerjaan yang sulit, tetapi menentukan arah pada peta peta kemudian menghubungkan dengan dunia nyata kadang akan sulit. Kenapa? Karena kadang kala kita akan mengalami posisi “bingung arah” di tempat-tempat tertentu, terutama tempat-tempat yang baru sekali atau jarang kita datangi.

Pada saat kita mengalaminya kadang kita sudah merasa benar menghadap ke arah mana, tetapi ternyata kita malah menghadap ke arah yang salah. Misal kita menghadap ke timur tetapi perasaan kita menghadap utara dll.

Lalu bagaimana cara mengatasi masalah tersebut? Ada banyak cara dapat kita gunakan untuk menentukan arah di lapangan. Cara-cara ini merupakan cara yang dapat kita gabung atau cara merupakan media alternatif jika ada kesulitan dalam menggunakannya, antara lain :

  • Cara yang mudah pertama kali adalah menggunakan kompas. Pada kompas terdapat jarum dan busur penunjuk arah yang akan selalu mengarahkan jarum ke arah utara dan selatan, sehingga dengan alat ini maka kita akan dapat menentukan arah yang lain. Yang menjadi permasalahan adalah kita tidak selalu menggunakan/membawa kompas, jika kita tidakmembawa kompas maka bisa menggunakan alam sekitar kita sebagai media untuk menentukan arah.

  • Melihat posisi matahari, posisi matahari terbit di daerah tropis menunjukkan arah timur dan posisi tenggelam menunjukkan arah barat. Melihat posisi matahari hanya bisa digunakan pada siang hari dan efektif pada waktu pagi dann sore hari. Pada siang hari kita akan kesulitan menentukan arah karena matahari tepat di atas kita

  • Milihat bangunan masjid. Bangunan masjid akan menunjukkan arah timur dan barat, sehingga kita akan dengan mudah menentukan arah yang lain.

  • Melihat nisan/makam. Makam-makan Jawa membujur ke arah Utara – Selatan.

  • Pada malam hari kita dapat melihat ke atas dan mencari rasi bintang yang ada. Sebagai contoh rasi bintang Pari/crux menunjukkan arah selatan. Selain rasi bintang pari ada juga rasi bintang Biduk yang menunjukkan arah utara, rasi bintang Orion yang menunjukkan arah barat dan rasi bintang Scorpio yang menunjukkan arah tenggara

  • Lumut pada batang pohon. Lumut yang tebal pada batang pohon yang tegak menunjukkan arah matahari terbit, sedangkan lumut yang lebih tipis menunjukkan arah matahari tenggelam.

Membaca Peta (2)

Penggunaan skala peta untuk menentukan jarak antar obyek.

Oleh : Andi Hidayat

Peta merupakan gambaran bumi atau sebagian permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu. Bumi yang sangat luas atau wilayah RT/RW di suatu desa bisa diperkecil wilayahnya dan dipindahkan dalam bidang datar seperti media kertas atau papan. Pemindahan ke dalam bidang datar ini menggunakan skala. Skala pada peta adalah perbandingan jarak antara di peta dengan dengan jarak sebenarnya di lapangan. Secara sederhana dari prinsip skala adalah dengan membandingkan 2 obyek yang sama baik pada peta maupun pada kondisi sebenarnya.

Jika sebuah peta memiliki skala 1 : 50.000 itu artinya setiap 1 cm di peta adalah 50.000 cm di lapangan, atau setiap 1 cm di peta sama dengan 0,5 km sebenarnya. Skala merupakan komponen peta yang wajib disertakan dalam setiap membuat peta karena dengan membaca skala pada peta maka pengguna dapat memperkirakan jarak antar wilayah. Seorang wisatawan dapat memperkirakan jarak antara obyek wisata satu ke obyek wisata yang lain. Begitu pula seorang pecinta alam yang sedang melakukan pendakian di gunung, dia bisa memperkirakan jarak antara satu pos ke pos peristirahatan berikutnya.

Dalam memperkirakan jarak sebenarnya antara 2 obyek pada peta, kita dapat menghitung 2 hal yaitu :

1. Jarak Lurus

Menghitung jarak lurus pada cukup dengan menggunakan penggaris dan hubungkan ke-2 obyek yang diinginkan. Hasilnya cukup kita kalikan dengan penyebut skala.

Misal pada gambar di atas kita akan menghitung jarak lurus kota Medan – Padangsidempuan. Jarak kedua kota tersebut di peta propinsi Sumatera Utara dengan skala 1 : 2.650.000 misalnya sebesar 11 cm. Dari data pengukuran di atas maka dapat kita hitung jarak antara kota Medan dengan Padangsidempuan adalah :

= 2.650.000 cm  X 11 cm

= 29.150.000 cm ======> kemudian kita ubah ke dalam ukuran km

= 2.915.ooo dm

= 291.500 m

= 29.150 dkm

= 2.915 hm

= 291,5 km

Jadi jarak sebenarnya antara kota Medan – Padangsidempuan pada pet tersebut adalah 291,5 km

2. Jarak tak beraturan

Pada kenyataannya jika kita akan berpindah dari satu tempat ke tempat lain tidak mengikuti jarak lurus tetapi akan mengikuti jarak yang tak beraturan. Dari Medan ke Padangsedempuan kita akan menggunakan jalan yang berarti itu merupakan jarak yang tidak beraturan. Ada banyak obyek permukaan bumi yang digambarkan dengan simbol garis tidak beraturan misalnya  jalansungai, dan batas. Untuk menghitung jarak tidak beraturan ini maka dapat kita gunakan benang yang lentur untuk mengikuti lekukan garisnya, dari hasilnya kemudian dapat kita ukur dengan penggaris dan kita hitung jaraknya.

Membaca Peta (3)

Menggunakan selisih derajat garis  lintang dan bujur untuk menghitung jarak dan mencari skala peta.

Oleh : Andi Hidayat

——

Jarak lurus yang kita baca pada peta dapat kita amati secara langsung pada jarak antar 2 kota obyek, misalnya antara 2 kota. Selain itu kita menghitung jarak lurus pada peta dengan memanfaatkan garis lintang dan bujur. Selisihderajat dua garis lintang atau dua garis bujur dapat memberikan informasi jarak yang ingin kita ketahui.

Bumimemiliki diameter 12.756 km, dan keliling +- 40.000 km.  Lingkar bumi sebesar  360garis bujur berarti setiap 10adalah +- 111 km. Artinya setiap 10 garis bujur/lintang pada peta mewakili jarak sebesar 111 km sebenarnya di permukaan bumi

Sebagian besar peta yang terdapat pada buku/atlas merupakan peta wilayah yang luas sehingga informasi koordinat lintang dan bujur cukup menggunakan satuan derajat. Permasalahannya adalah bagaimana menghitung jarak untuk peta wilayah-wilayah yang sempit seperti peta kecamatan, kabupaten yang menggunakan koordinat dengan satuan derajat (0) + menit (‘). Untuk peta yang memuat informasi garis lintang/bujur dalam derajat dan menit ada panduan sederhana sebagai berikut :

10 = 111 km

10 = 60 ‘ (menit)

1′ = (1/60) x 111 km = 1.85 km

Untuk mengukur jarak dengan menggunakan garis lintang dan bujur adalah :

=Selisih derajat X 111 km

Selain untuk mengetahui jarak, selisih derajat garis lintang/bujur ini dapat juga kita gunakan untuk menentukan skala peta tersebut, apalagi seandainya peta tersebut informasi skalanya tidak ada (misalnya : karena sobek), yaitu dengan menggunakan rumus :

= (Selisih derajat 2 garis lintang/bujur X 111 km)/Jarak antara 2 garis lintang/bujur di peta

Contoh perhitungan jarak dan skala peta menggunakan selisih garis lintang dan bujur adalah sebagai berikut :

Misal pada peta DKI Jakarta di atas, saya menandai 2 garis lintang di wilayah DKI bagian utara yaitu 60  10′ LS dan 60  15′ LS dengan jarak di peta 6 cm, maka untuk memperkirakan:

1. Jarak sebenarnya

= selisih derajat X 111 km

= (selisih 60  10′ LS dan 60  15′) X 111 km

= 5′  X  111 km   ===> 5′ adalah (5/60)0

= (5/60) X 111 km

= 555/60

= 9,25 km

Jadi jarak pada selisih lintang tersebut adalah 9.25 cm

2. Skala peta

= (selisih derajat X 111 km) / jarak di peta

= ((selisih 60  10′ LS dan 60  15′) X 111 km) / 6 cm

= 9,25 km / 6 cm

= 925000 cm / 6 cm

= 154.166,67 cm

= 154.167 cm

Jadi skala peta tersebut + – sebesar 1 : 154.167

Membaca Peta (4)

Menentukan lokasi dengan menggunakan metode arah dan arah = RESECTION

Oleh : Andi Hidayat

Pada saat mendaki gunung kita akan melewati jalur-jalur dengan topografi yang bervariasi, kadang kita akan melewati lembah, cekungan, tepi jurang, igir-igir, puncak dan lain-lain. Setelah mencapai suatu tempat tertentu kadang kita bingung dengan posisi kita,  karena posisi kita berdiri di lapangan belum kita ketahui di peta topografi yang kita bawa. Lalu bagaimana cara kita mengetahui posisi kita di peta?

Ada cara untuk mengetahui posisi kita di peta dengan memperhatikan posisi kita di lapangan, yaitu Resection. Resection adalah menentukan kedudukan tempat kita berdiri di lapangan yang tidak di ketahui di peta , dengan pertolongan dua titik yang telah dikenali baik di peta maupun di lapangan. Langkah-langkah melakukan kegiatan Resection adalah sebagai berikut :

  • Persiapkan peta yang kita bawa, kompas, busur/protactor, pensil dan penggaris atau tali.

  • Beri tanda 2 titik yang akan kita jadikan panduan

  • Bidik azimuth titik 1 di lapangan (titik panduan lapangan) dengan kompas, tandai titik 1 pada peta (titik panduan peta)

  • Bidik azimuth titik 2 di lapangan (titik panduanlapangan) dengan kompas, tandai titik 2 pada peta (titik panduan peta)

  • Buat garis back azimuth (ke arah kita berdiri) pada peta pada 2 titik panduan di peta, perpotongan garis dari 2 titik tersebut menunjukkan posisi kita.

Dalam gambaran nyata kurang lebih sebagai berikut :

Gambar 1.

Gambar 2. 

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

KONSEP GEOGRAFI

Definisi Geografi

Kata Geografi berasal dari bahasa Yunani :

Geo : bumi

Graphein : tulisan

Perhatian tentang ilmu geografi bukan hanya berhubungan dengan fisik alamiah bumi dan bagian-bagian alam semesta yang berpengaruh terhadap bumi saja, tetapi meliputi semua fenomena yang ada di permukaan bumi baik fenomena fisik maupun fenomena sosial. Pada dasarnya inti dari kajian ilmu Geografi adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan, berikut ini beberapa definisi tentang hakikat, konsep dan batasan geografi :

1. Strabo (1970): Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik tertentu dan hubungan antar wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian di sebut Konsep Natural Atrribut of Place.

2. Preston E. James (1959): Geografi dapat dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan karena banyak bidang ilmu pengetahuan yang selalu dimulai dari keadaan permukaan bumi, kemudian beralih pada studinya masing-masing.

3. Frank Debenham (1950): Geografi adalah ilmu yang bertugas mengadakan penafsiran terhadap persebaran fakta, menemukan hubungan antara kehidupan manusia dengan lingkungan fisik, menjelaskan kekuatan interaksi antara manusia dan alam.

4. James Fairgrive (1966) : Geografi memiliki nilai edukatif yang dapat mendidik manusia untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab terhadap kemajuan-kemajuan dunia. Ia juga berpendapat bahwa peta sangat penting untuk menjawab pertanyaan “di mana” dari berbagai aspek dan gejala geografi.

5. Prof. Bintarto (1981) Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.

6. Hasil Seminar dan Lokakarya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di Semarang pada 1988; Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

Dari pendapat di atas terdapat beberapa perbedaan pandangan mengenai definisi geografi, tetapi pada dasarnya semua ahli sepakat adanya elemen-elemen yang sama sebegai berikut :

1. Geografi termasuk ilmu pengetahuan bumi (earth science) dengan objek permukaan bumi sebagai lingkungan hidup manusia dan lingkungan tempat manusia dapat mengubah dan membangunnya.

2. Geografi memperhatikan persebaran manusia dalam ruang dan hubungan manusia dengan lingkungannya.

3. Dalam ilmu Geografi terdapat unsur-unsur utama, antara lain jarak, interaksi, gerakan dan persebaran.

Hakikat dan Ruang Lingkup studi Geografi

Pada hakikatnya studi geografi adalah pengkajian keruangan tentang fenomena dan masalah kehidupan manusia yang disusun dari hasil obeservasi dengan melakukan analisis fenomena manusia, fenomena alam serta persebaran dan interaksinya dalam ruang. untuk menunjukkan dan menjelaskan fenomena di permukaan bumi diawali dengan mengajukan 6 (enam) pertanyaan pokok, yaituwhat, wherewhen, whywho(m) dan how (5W1H).

Pertanyaan pokok tersebut untuk menjelaskan:

1. Fenomena apa yang terjadi

2. Di mana fenomena itu terjadi

3. Kapan fenomena tersebut terjadi

4. Mengapa fenomena itu terjadi

5. Siapa saja yang mengalami

6. Bagaimana usaha-usaha mengatasi

Rhoads Murphey (1966) dalam bukunya The Scope of Geography menjelaskan bahwa pokok-pokok ruang lingkup ilmu geografi adalah :

1. Persebaran dan keterkaitan antara penduduk di permukaan bumi dan aspek-aspek keruangan, serta usaha manusai untuk memanfaatkannya.

2. Interelasi antara manusia dengan lingkungan fisik sebagai bagian dari studi perbedaan wilayah.

3. Kerangka wilayah dan analisis wilayah secara khusus.

OBJEK STUDI GEOGRAFI

Biosfer

Merupakan sistem kehidupan paling besar karena merupakan gabungan ekosistem yang ada di planet bumi. Sistem mencakup seluruh makhluk hidup yang berinteraksi dengan lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.

Antroposfer

Adalah lapisan manusia dan kehidupannya di permukaan bumi. Dalam hal ini geografi mempelajari persebaran aneka budaya dan ragam fisik manusia dalam ruang (wilayah).

2. Obyek Formal Geografi

Adalah sudut pandang atau cara pandang dan cara berpikir mengenai obyek material yaitu dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi di permukaan bumi dari sudut pandang keruangan. Ada tiga hal pokok untuk mempelajari obyek formal geografi, yaitu :

A. Pola persebaran fenomena di permukaan bumi

B. Interaksi dan integrasi antar fenomena

C. Perkembangan yang terjadi pada fenomena tersebut.

PENDEKATAN-PENDEKATAN GEOGRAFI

Dalam mempelajari ilmu geografi, terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk mengkaji, yaitu :

1. Pendekatan Keruangan

Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang yang telah ada dan bagaimana penyediaan ruang akan dirancang. Dalam mengkaji fenomena geografi dapat menggunakan 3 subtopik dari pendekatan keruangan, yaitu :

a. Pendekatan Topik

Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji masalah/fenomena geografi dari topik tertentu yang menjadi pusat perhatian, misalnya tentang wabah penyakit di suatu wilayah dengan cara mengkaji :

– penyebab wabah penyakit (misal : virus atau bakteri)

– media penyebarannya

– proses penyebaran

– intensitasnya

– interelasinya dengan gejala-gejala lain di sekitarnya.

Dengan pendekatan tersebut akan dapat diperoleh gambaran awal dari wabah penyakit yang terjadi.

b. Pendekatan Aktivitas

Pendekatan ini mengkaji fenomena geografi yang terjadi dari berbagai aktivitas yang terjadi. Misalnya hubungan mata pencaharian penduduk dengan persebaran dan interelasinya dengan gejala-gejala geosfer.

c. Pendekatan Regional

Pendekatan ini mengkaji suatu gejala geografi dan menekankan pada region sebagai ruang tempat gejala itu terjadi. Region adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang memiliki karakteristik tertentu yang khas.

2. Pendekatan Kelingkungan (Pendekatan Ekologis)

Digunakan untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur-unsur yang berada di lingkungan tertentu, yaitu :

– hubungan antar makhluk hidup

– hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alamnya

Contoh dari keterkaitan antar unsur misalnya petani di daerah lahan miring pasti akan melakukan kegiatan pertanian dengan sistem terrassering.

3. Pendekatan Kewilayahan

Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan kelingkungan. Misalnya dalam mengkaji wilayah yang memiliki karakaterisitik wilayah yang khas yang dapat dibedakan satu sama lain (areal differentation), maka harus diperhatikan bagaimana persebarannya (analisis keruangan) dan bagaimana interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya (analisis ekologi). Pendekatan wilayah sangat penting untuk pendugaan wilayah (reginal forecasting) dan perencanaan wilayah (regional planning).

KONSEP-KONSEP ESSENSIAL GEOGRAFI

KONSEP-KONSEP ESSENSIAL GEOGRAFI

1. Lokasi, adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer. Konsep lokasi dibagi atas :

a. Lokasi Absolut, lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap.

b. Lokasi Relatif, lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan sifatnya berubah.

2. Jarak, yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas :

a. Jarak Mutlak, satuan panjang yang diukur dengan kilometer.

b. Jarak Relatif, jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu

3. Keterjangkauan, menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.

4. Pola, berupa gambar atau fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan dan lain-lain.

5. Morfologi, menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.

6. Aglomerasi, pengelompokan fenomena di suatu kawasan dengan latar belakang adanya unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif.

7. Nilai Kegunaan, manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup, tidak akan sama pada semua orang.

8. Interaksi Interdependensi, keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain, misalnya interaksi antara desa dengan kota.

9. Diferensiasi Area, daerah-daerah yan terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.

10. Keterkaitan keruangan, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain pada suatu tempat.

Perkembangan Pandangan Geografi

Ilmu geografi mengalami perkembangan dalam sudut pandangnya, secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Geografi Ortodoks

Bidang kajiannya adalah suatu wilayah (region) dan analisis terhadap sifat sistematiknya, meliputi :

a. Geografi Fisik

Mempelajari tentang gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, air dan udara dengan segala prosesnya. Ilmu penunjang geografi fisik antara lain geologi, geomorfologi, pedologi, meteorologi, klimatologi dan oseanograsi.

b. Geografi Manusia

Mempelajari tentang kependudukan, aktivitas ekonomi, politik, sosial dan budaya. Ilmu penunjang geografi manusia antara laingeografi ekonomi, geografi penduduk, geografi perdesaan dan geografi perkotaan.

c. Geografi Regional

Mempelajari perwilayahan, misalnya daerah tropik, arid, kutub. Kajian ini menitikberatkan pada kultur suatu wilayah misalnya Afrika Utara, Eropa Barat, Asia Utara.

d. Geografi Teknik

Kajian ini merupakan kajian geograi yang lebih bersifat teknis dan babyak memanfaatkan teknologi dan metode-metode penelitian. lmu penunjang pada kajian ini misalnya Sistem Informasi Geografis, Kartografi, Penginderaan Jauh

2. Geografi Terintegrasi

Merupakan kajian geografi dengan pendekatan terpadu, yaitu integrasi elemen-elemen geografi sistematik yang terdiri dari geografi fisik dan geografi manusia dengan geografi regional. Dalam mengkaji suatu fenomena/gejala alam menggunakan pendekatan analisis keruangan, ekologi dan wilayah.

 

ASPEK-ASPEK GEOGRAFI

Willian Kirk menyusun struktur lingkungan geografi menjadi 2, yaitu :

1. Aspek Fisikal

Aspek fisikal geografi meliputi :

a. Aspek Topologi

Membahas hal-hal yang berkenaan dengan letak atau lokasi suatu wilayah, bentuk muka buminya, luas area dan batas-batas wilayah yang mempunyai ciri-ciri khas tertentu.

b. Aspek Biotik

Membahas karakter fisik dari manusia, hewan dan tumbuhan

c. Aspek Non Biotik

Membahas tentang tanah, air dan atmosfer (termasuk iklim dan cuaca)

2. Aspek NonFisik

Aspek ini menitikberatkan pada kajian manusia dari segi karakteristik perilakunya. Pada aspek ini manusia dipandang sebagai fokus utama dari kajian geografi dengan memperhatikan pola penyebaran manusia dalam ruang dan kaitan perilaku manusia dengan lingkungannya. Beberapa kajian pada aspek ini antara lain :

a. Aspek Sosial

Membahas tentang adat, tradisi, kelompok masyarakat dan lembaga sosial.

b. Aspek Ekonomi

Membahas tentang industri, perdagangan, pertanian, transportasi, pasar dan sebagainya

c. Aspek Budaya

Membahas tentang Pendidikan, agama, bahasa, kesenian dan lain-lain.

d. Aspek Politik

Misalnya membahad tantang kepartaian dan pemerintahan.

ILMU-ILMU PENUNJANG GEOGRAFI

BEBERAPA ILMU PENUNJANG GEOGRAFI ANTARA LAIN :

  1. Geomorfologi : ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk permukaan bumi dan penafsirannya tentang proses terbentuknya.
  2. Meteorologi : ilmu yang mengkaji tentang cuaca yang meliputi ciri-ciri fisik dan kimianya, tekanan, suhu udara, angin dan per-awanan.
  3. Klimatologi : ilmu yang mempelajari tentang iklim, yang meliputi sebab terjadinya, pengaruhnya terhadap bentuk fisik dan kehidupan di suatu wilayah.
  4. Biogeografi : ilmu yang mempelajari persebaran hewan dan tumbuhan di permukaan bumi serta faktor-faktor yang mempengaruhi, membatasi dan menentukan pola persebarannya.
  5. Antropogeografi : ilmu yang mempelajari persebaran manusia di permukaan bumi dalam hubungannya dengan lingkungan geografi.
  6. Hidrologi : ilmu yang mempelajari tentang fenomena air di bumi yang meliputi sirkulasi, distribusi, bentuk, serta sifat fisik dan kimianya.
  7. Oseanografi : Ilmu yang mempelajari fenomena lautan yang meliputi sifat air laut, gerakan air laut dan pasang surut air laut.
  8. Kartografi : ilmu yang mempelajari tentang peta meliputi tentang pembuatan, jenis dan pemanfaatannya.
  9. Demografi : ilmu yang mempelajari tentang kependudukan meliputi jumlah, pertumbuhan, komposisi dan migrasi penduduk.
  10. Pedologi : ilmu yang mempelajari tentang tanah, meliputi proses pembentukan, jenis-jenis dan persebarannya.
  11. Pengideraan Jauh : ilmu yang mempelajari gejala/fenomena geografi pada suatu alat dengan menggunakan bantuan media penginderaan jauh tanpa melakukan kontak secara langsung terhadap lokasi yang diamati.
  12. SIG (Sistem Informasi Geografi) : ilmu yang mempelajari tentang tata cara membuat peta secara komputasi dengan tahap-tahap input data, proses dan manajemen data, dan output data.

PRINSIP-PRINSIP ILMU GEOGRAFI

Prinsip-prinsip dalam ilmu Geografi antara lain :

1. Prinsip Penyebaran

Merupakan prinsip dasar dalam mengkaji setiap gejala dan fakta geografi, baik gejala alam maupun manusia. Prinsip ini memandang bahwa setiap gejala dan fakta di permukaan bumi tersebar secara tidak merata antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Suatu gejala geografi bisa terlhat terkumpul dalam jumlah yang padat dan banyak, tetapi di satu tempat lain terlihat sangat jarang dan sedikit.

Misalnya : persebaran pola permukiman penduduk

2. Prinsip Interelasi

Digunakan untuk melihat pola hubungan antara satu gejala dengan gejala lainnya, meliputi hubungan antara :

a. Faktor fisik dengan faktor fisik lainnya

Misal : hubungan antara mata air panas dengan energi panas bumi di sekitar gunung berapi

b. Faktor fisik dengan faktor manusia

Misal : hubungan antara manusia dengan cara bertani di lahan miring dengan membuat terasering (sengkedan)

c. Faktor manusia dengan faktor manusia lainnya.

Misal : mengkaji tentang kehidupan di desa dengan jenis mata pencaharian

Dengan memperhatikan pola hubungan antar gejala dan fakta geografi pada suatu wilayah, akan dapat diketahui karakteristik gejala-gejala tersebut secara kualitatif. Dengan bantuan ilmu statistik, hubungan antar fenomena dapat di analisa/diukur secara kuantitatif

3. Prinsip Deskripsi

Merupakan prinsip yang menggambarkan lebih jauh terhadap persebaran dan hubungan interelasi antara fakta dan gejala di permukaan bumi. Untuk menyajikan gejala secara komprehensif dapat dimulai dengan mengajukan pertanyaan 5W1H, sedangkan bentuk penyajiannya dapat berupa kata-kata, tulisan, tabel, grafik dan peta.

4. Prinsip Keruangan (Korologi)

Merupakan prinsip yang meninjau gejala, fakta dan masalah geografi dari penyebaran, interelasi dan interaksinya dalam ruang. Ruang dalam sudut pandang geografi adalah permukaan bumi secara keseluruhan yang membentuk suatu fungsi.

MANFAAT GEOGRAFI

Ilmu geografi dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan hubungan antar gejala permukaan bumi, misalnya :

1. Bidang Pertanian

Pertanian merupakan sistem keruangan yang terdiri dari aspek fisik dan manusia. Aspek fisik antara lain : lahan, iklim, air dan udara. Aspek manusia meliputi tenaga kerja, tradisi, teknologi dan ekonomi masyarakat. Analisis hubungan antara aspek fisik dengan manusia pada bidang pertanian bermanfaat untuk menyusun sistem diversifikasi tanaman pada lahan pertanian, yang penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan lahan agar produktivitas tetap tinggi

2. Bidang Industri

Merupakan tinjauan terhadap aspek industri pada hubungan antara aspek fisik dan manusia. Aspek fisik yang bepengaruh terhadap kegiatan industri misalnya lahan, bahan baku dan sumber daya energi. Sedangkan aspek manusia yang penting untuk kegiatan industri adalah tenaga kerja, tradisi, teknologi, konsumen dan pasar. Hasil analisis hubungan digunakan untuk menyusun rencana pembangunan dan pengembangan industri. Sebagai contoh untuk memeratakan persebaran penduduk maka sebaiknya pemerintah pengarahkan penemapatan lokasi industri di daerah yang masih jarang penduduknya.

Sumber:

KONSEP GEOGRAFI